Als Ik Mijn Denken Volgde.

Karya mungkin mengandung konten seperti referensi percobaan bunuh diri yang dapat memicu perasaan yang tidak menyenangkan.

Oleh Asti.

Desember 2021. Dia yang tak ingin disebutkan namanya bercerita dengan air matanya kepadaku. Ini benar-benar terjadi.

Rabu pertama di bulan Desember. Pukul 21.15.

Aku kembali ke rumahku. Aku lelah tapi semakin lelah. Aku menyapa kamar tidurku tanpa cahaya lampu. Hal menyakitkan itu baru saja terjadi dan merenggut rasa kantukku. Aku merasakan emosi yang berlebih. Tak terasa, sepertinya hampir 1 jam air mata bercerita. Aku ingin menutup mata, berkelana di alam mimpi, tetapi aku tak bermimpi apapun malam itu. Aku memeluk diriku yang tidak berarti ini. Menarik napas dan menghembuskan perlahan. “Ik ga naar Kinderdijk… Een dag…” setelah kalimat itu terucap, aku tertidur.

Kamis pertama di bulan Desember. Pukul 12.45.

Aku duduk termenung. Suasana rumah yang sepi turut disampingku. Masih tentang ‘sakit’ yang semalam. Pikiranku melayang ke suatu dunia yang berbeda. Aku berjalan mencari seutas tali dan menemukannya. Setelah itu, aku berjalan menuju kamar tidurku. Menatap ke langit-langit kamar, ada tempat yang bagus. Aku menarik sebuah kursi kecil dan memasang tali. Doei…

Keluargaku tiba, mendapati pintu rumah tak terkunci. Aku telah memberikan mereka ‘kejutan’. Tergantung dan terhembus sedikit oleh angin. Mereka berteriak, aku tidak mendengarnya. Kabar tentangku ini segera mereka beritahukan, termasuk kepada teman-temanku. Semuanya terkejut ketika mengetahuinya. Bahkan, ada yang sangat tidak dapat mempercayainya. Banyak pertanyaan bermunculan. Mengapa aku berani memilih jalan ini? Karena hanya jalan ini yang ingin mendengarkanku.

Suasana rumahku yang dingin. Kedua orangtuaku berada di sisiku. Tanpa senyuman sedikit pun. Mereka yang (mungkin) tidak merasa menyakitiku juga ikut menangis. Sepertinya paling sedih. Merasa kehilangan aku. Sudah, aku tidak akan membebani kalian. Aku hanya ingin minta maaf karena tidak sempurna seperti kalian. Lupakan saja hal kemarin yang hampir aku anggap indah.

Aku membayangkan andai hal itu menjadi kenyataan. Rindu akan kehadiranku. Bertanya mengapa ini terjadi. Sungguh dunia yang sangat aku harapkan. Namun, aku melihat hal pilu di dunia itu. Kedua orangtuaku tak sanggup kehilangan diriku. Merasa tersiksa. Mereka pun berakhir sama sepertiku.

Oh, Tuhanku… dunia itu sangat mengerikan. Aku tak ingin mereka mengikutiku dengan cara itu. Aku lalu kembali pada dunia ini.

Aku merasa ingin berada di dunia yang aku ciptakan sendiri itu. Namun, aku melihat banyak hal buruk yang akan terjadi pada keluargaku. Terpaksa aku kembali ke dunia yang sebenarnya. Berhenti sebentar. Andai aku berada di dunia itu, aku tidak akan merasakan kebahagiaan awal tahun. Andai aku berada di dunia itu, aku tidak akan membaca banyak buku lagi. Andai aku berada di dunia itu, aku tidak akan bertemu dengan teman yang memelukku dengan kehangatannya. Andai aku berada di dunia itu, aku tidak akan pernah pergi ke Kinderdijk. Andai aku berada di dunia itu, aku tidak akan menceritakan tentang ini disini.