Door: Nanda Luthfiah Rahmawati
Sejak tangis pertama menggema,
Kamu hanya bisa mencecap harta sebatas pelupuk mata
Rumput tetangga lebih subur, katanya
Tidak apa, sebatas iri kuasa diatasi
Semangkuk caci menjadi hidanganmu sehari-hari
Ujaran bernada meremehkan tak sekali dua kali
Mencederai hati, terkoyak kata berkedok canda
Sedang rasa bermetamorfosis menjadi luka, perlahan membiru dalam buaian sendu
Upaya bangkit dari keadaan tak selamanya diizinkan
Harapan patah terinjak kenyataan yang lagi-lagi tak sesuai bayangan
Jiwa dan raga mati-matian bekerja sama mencari bahagia
Siapa sangka jika akhirnya kembali larut dalam air mata
Saat lelah hanya seutas tipis menuju putus asa
Sudah cukup sakit hati untuk hari ini,
Beri waktu untuk diri sendiri, tata kembali hati
Dirimu pantas diapresiasi
Foto door Masaaki Komori op Unsplash