Oleh: Anonim
Kalau aku, arti teman itu…
Rumah aman tempat ternyaman, seperti kampung halaman.
Peluk terhangat setelah milik ibumu, juga saksi hidup perjalananmu.
Teman itu zona aman.
Apalagi, kalau hidup di tanah perantauan.
Hingga tiba masa ketika teman yang aku sebut teman tak lagi terasa seperti teman, rasanya sepi. Tanah ini sudah asing, kini rumahku pun terasa asing.
‘Mereka dulu, aku bisa menunggu’, pikirku.
Entah sejak kapan, tembok tak kasat mata sudah ada di sana bahkan sebelum aku menyadari kehadirannya. Kini, aku datang pun enggan. Mungkin sebenarnya sejak awal dia tak pernah menjadi temanku. Aku hanya orang luar yang kebetulan diterima, melebur bersama, padahal tanpa diriku pun dia tak mengapa.
‘Tidak apa-apa, sila datang kapan saja’ ucapnya. Padahal telinga tak lagi terpasang, ia hanya bersikap sopan.
Bagiku, aku kehilangan rumah.
Untukmu, aku hanya singgah.